...


Senin, 03 Desember 2012

Pandora Ini Bernama Rindu

Aku tidak meragukan ingatanmu akan pertemuan hasrat kita saat hujan pertama bulan kedua-belas dua tahun lalu. Tapi, mari ku ajak kau menyelusuri lorong dan membuka laci ingatanku. Di sana ada kunci menuju pandora melankolia yang menyisakan rindu.

Mungkin kau akan bertanya kenapa pandora itu penuh akan rindu. Mari, ku ajak kau memutar gulungan mimpi-mimpi ku di malam hari. Jangan khawatir mimpi ini berujung getir, toh ini memang berawal dari brandy yang menghangatkan kata yang diiringi kerlingan mata.

Rasa-rasanya, ke-tidak-sadaran lebih memahami kita berdua saat itu. Karena setelah itu aku mulai membalas dekapan tanganmu. Kalau kita sadar, mungkin kita tak akan saling memangut seakan lapar. Kita harus berterima kasih kepada yang alpa, kalau saja dia hadir dalam bentuk ingat, kita tak akan bersemangat sampai berkeringat. Itu kan kata-katamu dulu ketika kita akhirnya menatap malu?

Tenang saja, bukan bagian itu yang paling berkesan. Pertemuan tidak segera berakhir, kita masih bersama dari malam sampai malam kembali menghampir. Tapi, waktu tak selamanya tak kejam. Kalau itu terjadi jarak yang ada tak akan mencekam. Ayo kita habiskan brandy ini lagi agar tidak ada kata yang terucap berakhir pedih, kataku.

Gulungan mimpi-mimpiku sudah hampir abis. Apa pendapatmu? Jangan kau bilang aku ini perempuan sakit yang dengan sadis menguras perasaannya sendiri. Aku rasa itu tidak jadi masalah buatku. Karena rindu ini selalu mewujud kamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar