...


Selasa, 31 Agustus 2010

Terujung Fana

Untuk kamu yg berada di sana, terpisah dalam keadaan ruang dan waktu.

Aku hanya sanggup menguntai kata dan berharap menjadi makna yg mewujud di hadapanmu. Aku hanya sanggup menorehkan kisah yg terasa begitu nyata untukku. Kisah yg mungkin tdk pernah muncul di hidupmu. Dan aku hanya sanggup mengintipmu dalam dunia tak bermakna.

Aaah, kisah itu masih melekat di relung hati dan tersimpan baik di koridor pikiran. Ketika semua berawal dari tegur tak bermakna dlm dunia yg sama tak bermaknanya. Semua yg kita lakukan, menguap dan ttp tak bermakna. Tapi, aku di belahan tempat lain, menikmatinya. Menunggu semua ke-tak-bermaknaan yg kita mainkan. Mengasyikkan, menghanyutkan, dan..... Entahlah, bagiku semua perasaan yg muncul dr permainan yg melenguh ini tercantum dalam satu, ketiadaan

Bagiku, kau ini sangat indah. Terlalu sempurna untuk percikan kenyataan. Fana ini menyusuri rambutnya, begitu tak kuasa jemari ini menyentuhnya. Kejang jemari menahan gerakan. Tapi tetap aku telusuri menuju leher jenjangmu. Ah, lagi2 begitu sempurna. Ingin rasanya kedua lengan memeluk leher tersusupi rambut halusmu. Tapi, aku tau aku takkan mampu.

Ini fana, bahkan tidak mungkin nyata. Biarkanlah. Biarkan mata ini menikmati dirimu, dari sudut mata menyentuh kalbu berujung pada kebisuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar