Malam terus mengembun, mengeluarkan rasa yang ku benci
Dan kau tau itu...
Tapi, tetap saja aku dan kau terus mengembun dan menderu pada asa
Berdua ditemani oleh lemahnya cahaya kehangatan
Kita membagi asa, diliputi oleh kediaman
Memang hanya diam yang berbicara
Tanpa menyela, tapi memahami
Tanpa suara, hanya isyarat
Aku kembali memandang rautan wajahmu
Menyesali kenapa waktu yang memisahkan
Kenapa kebohongan yang melanda
Kenapa keegoisan yang berkuasa
Dan, kau...
Masih saja memandangiku dengan cara yang sama
Memahamiku dengan mata yang lembut
Bersabar dengan keluhanku, seakan itu juga keluhanmu
Aku menyesali kenapa aku menatap matamu
Itu hanya membuatku menginginkan tatapan itu
Tapi, aku malu untuk mengakui
Karena aku yang mengakhiri
Sungguh, malam itu matamu lah yang aku sayangi
Malam itu, keterdiaman hanya menyiksa
Malam itu, keinginan membuncah
Tak terbendung
Kau tau betapa menyiksanya asa ini?
Tanpa terkatakan
Hanya penderitaan yang terus ku hadapi
Seakan-akan aku menyukai kesakitan ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar